Senin, 11 Maret 2013

Provinsi Berkebutuhan Khusus

Slipi, Senin 11 Maret 2013

Hmmm, hari ini keinginan buat nulis lagi muncul. Munculnya keinginan ini didasari oleh sesuatu perasaan yang enggak tau mau dicurahin kemana lagi. Daripada cawan hati saya luber menampungnya sendirian, lebih baik disalurkan ke sesuatu yang positif yaitu nulis, sekalian mengasah kemampuan buat nyusun thesis dimasa yang akan datang, amin....enggak pake Sjukrul (Pak Sjukrul Amin adalah nama Direktur kita periode yang lalu, peace Pak, love you always deh hehe)

Topik hari ini adalah sebuah Provinsi yang karena banyak sekali ditemukan hal-hal aneh dengannya, yang kadang ga bisa dinalar pake logika, maka dengan resmi saya nobatkan Provinsi tersebut dengan sebutan Provinsi Berkebutuhan Khusus. Siapakah Provinsi itu? dan kenapa disebut berkebutuhan khusus?

Provinsi tersebut adalah Sumatera Barat. Mungkin teman-teman yang orang Minang bakal pada protes, kenapa Sumatera Barat? Sebelumnya yang ingin saya tegaskan adalah hal ini murni berdasarkan analisa saya, dan mungkin saja berbeda dengan yang orang lain rasakan.

Hal ini masih ada kaitannya dengan program yang saya tangani di kantor. Program ini sedang dilaksanakan di 32 Provinsi di Indonesia kecuali di Papua Barat dan saat ini kami sedang mengundang tenaga konsultan pendamping dari seluruh Provinsi tersebut untuk dilatih di Jakarta.

Tipikal orang Minang memang bermacam-macam tapi yang saya amati dari beberapa orang Minang yang pernah saya kenal adalah sebagian berwatak keras, kalau berbicara selalu jujur, terkadang agak blak-blakan tanpa memperhatikan perasaan orang lain, minim koordinasi dan melaksanakan sesuatu menuruti kemauannya tanpa bertanya ke orang lain.

Salah seorang konsultan pendamping Sumatera Barat sikapnya seperti itu tadi. Pada saat pelatihan, masuk kelas telat dan selesai pelatihan kerjaannya malah marah-marah dan banyak protes karena waktunya molor. Sekarang silahkan pikir pakai logika ya Bapak-Bapak yang terhormat. Akankah waktu akan molor kalau Bapak bisa masuk tepat waktu? Pake mengeluarkan statement "panitia bakal dapat kejadian buruk dalam minggu ini gara-gara sesi selesai bertepatan dengan waktu magrib" ckckck. Apa anda sederajat dengan Tuhan sampai-sampai bisa menentukan kejadian baik dan buruk seseorang. So amazing kayak spiderman deh.

Lumayan shock juga denger kata-katanya coy, dengan statusnya sebagai konsultan pendamping atau fasilitator, hal utama yang harus dimiliki adalah attitude yang baik, tanpa attitude yang baik kami tidak yakin anda bisa memfasilitasi orang lain dengan baik. Dan mohon maaf, kami sudah melaporkan sikap Bapak ke atasan Bapak di daerah, agar dapat dipertimbangkan kembali kontrak anda. Kalo aja ada 100 orang dengan keahlian kayak Bapak (ahli apa sih? ahli protes dan bikin rusuh) di negara ini, jangan heran kalo bakal sering terjadi tawuran. Dan kapan bisa majunya bangsa kita ini.

Masih di Provinsi yang sama dan program yang sama, pelaku lainnya adalah seorang tenaga pendamping bantuan dari negara donor, sama-sama berkedudukan di provinsi dan bertugas mengawal pemerintah provinsi untuk melaksanakan fungsi dan perannya dalam program ini. Tenaga untuk provinsi Sumbar cukup unik, dan menurut saya ga beda jauhlah sama para fasilitatornya.

Laporan dari pihak Provinsi si tenaga pendamping dari negara donor ini tidak bisa bersinergi dengan para fasilitator yang ada. Parahnya lagi ni orang suka adu domba antara orang daerah dengan para fasilitator. Heran deh ngeliat hal ini, kerja bukannya untuk saling menutupi kekurangan tapi saling mencari kekurangan. Puncaknya si tenaga pendamping ini melapor ke atasan saya bahwa Pemda Sumatera Barat tidak efektif. Untungnya atasan saya waktu itu lagi sabar, laporannya masih diterima dengan baik tanpa dampratan.

Pernah suatu waktu saya nguping si tenaga pendamping ini cerita sama atasan saya, dia bilang saya udah berdarah-darah Pak meyakinkan Bupati dari ini dan Itu. Yang aneh adalah sebenarnya tugas mendampingi Kab/Kota bukan tugas si Bapak, tapi kenapa dia malah ngerjain itu, kerjaan sendiri ga dilaksanakan, please deh Pak.

Terkait sama pembangunan fisik di Sumbar, ada lagi nih hal yang bikin surprise. Kali ini sarana fisik yang bermasalah adalah saluran drainase. Secara teori saluran drainase dibangun untuk mengatasi genangan air di kawasan permukiman ato bahasa langsungnya mengatasi banjir. Suatu saat muncullah usulan kegiatan drainase dari Sumbar, untuk meyakinkan bahwa kegiatan tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan dilaksanakanlah survey lapangan. Yang mencengangkan adalah hasil survey menunjukan bahwa saluran drainase akan dibangun di areal persawahan bukan di areal permukiman dimana genangan air biasanya terjadi. Apa yang mau dialirkan coba, air sawahnya? Itu namanya bukan saluran drainase Pak, tapi saluran irigasi. So surprise banget sama ini provinsi.

Kejadian ini, bikin saya mikir dua kali kalau disuruh pergi ke Sumatera Barat dalam rangka kerja, tapi kalau dalam rangka liburan...yuks let's go



Tidak ada komentar:

Posting Komentar